Memulai Pertanian Organik


Pertanian organik adalah aktifitas pertanian yaing kita lakukan dengan cara yang alami. Maksud dari cara yang alami di sini adalah kita mencoba untuk mencontoh kinerja alam dalam melakukan aktifitas pertanian. Kalau menurut Standard Nasional Indonesia (SNI), sebuah lahan baru bisa dikatakan mulai menghasilkan produk yang organik adalah ketika tidak menggunakan bahan kimia sintetis di lahan yang kita gunakan selama 2 tahun.

Selain itu, kalau sekali saja sawah yang di gunakan terkena cemaran bahan kimia sintetis yang berupa pupuk, pestisida, herbisida maupun fungisida, maka lahan tersebut sudah tidak lagi organik dan harus mengulang proses yang pertama

Namun apabila kita ingin memulai pertanian organik dan menghasilkan produk yang sehat untuk konsumsi pribadi, tentunya regulasi tersebut cukup memakan waktu yang lama, bahkan bisa jadi mengurungkan niat kita untuk memulai pertanian organik. Apabila hanya untuk konsumsi pribadi, atau sebagai lahan percontohan, sebaiknya kita langsiuing saja mempraktekkan pertanian organik yang dimulai dari lahan kita.

Dengan begitu seiring berjalannya waktu, maka akan didapatkan pengalaman dan contoh nyata dari penggunaan sistem pertanian organik yang sebenarnya lebih menguntungkan dibandingkan dengan teknik konvensional.

Kegiatan aplikasi pertanian organik yang sesuai dengan kinerja alam diantaranya:

Penggunaan pupuk organik sebagai sumber nutrisi bagi tanaman.
Contohnya adalah penggunaan pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk batuan phospat. Pupuk kompos terbuat dari sisa-sisa tanaman mulai dari daun, batang, bunga, buah dan akar. Pupuk kandang terbuat dari kotoran hewan ternak seperti ayam, sapi, kambing domba atau kuda. 

Sebagian dari kita mungkin belum pernah mendengar apa itu pupuk hijau. Pupuk hijau merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan pertanian yang khusus digunakan  untuk mengisi ulang unsur hara makro maupun mikro dalam tanah. Cara aplikasinya adalah dengan cara memotong dan membiarkan di permukaan tanah tanaman dari jenis kacang-kacangan (leguminosa), rerumputan dan sawi-sawian (brassica). 

Tanaman tersebut akan terurai dan menjadi bahan organik sekaligus sebagai mulsa penutup tanah. Keuntungan yang didapat dari aplikasi pupuk hijau adalah mengurangi erosi, meningkatkan serapan air, meningkatkan kesuburan tanah, mengundang serangga predator serta mencegah penyakit dan hama tanaman. 

Pupuk batuan phospat digunakan untuk memenuhi unsur hara makro phospor bagi tanaman. Karena pupuk kompos, pupuk kandang maupun pupuk hijau kandungan phospornya tidak sebesar dan tesedia dalam jumlah banyak seperti batuan phospat.


Penggunaan program rotasi tanaman
Untuk meningkatkan kandungan unsur hara yang tersedia di tanah bagi tanaman salah satunya adalah dengan melakukan rotasi tanaman. Yaitu mengganti jenis tanaman dari famili yang berbeda yang dibudidayakan pada suatu lahan setiap selesai panen.

Sebagai contoh menanam sawi, selada, atau kubis setelah panen jagung atau padi. Menanam kacang-kacangan setelah panen sayuran. Dengan cara tersebut maka kandungan unsur hara serta sifat fisik kimia maupun biologi dalam tanah akan terus berubah. Dengan kondisi tersebut maka tidak akan terjadi ledakan hama pathogen sumber penyakit.

Mengurangi aktifitas kultivasi tanah.


Sebisa mungkin kita mengurangi aktifitas pembalikan tanah seperti membajak dengan cangkul maupun alat berat seperti traktor. Karena pada dasarnya apabila kita memahami bagaimana alam bekerja dalam membuat kondisi tanah agar sesuai bagi tanaman sangatlah luar biasa. 

Sebagai contoh aktifitas cacing tanah dalam tanah akan membuat chanel (saluran) baru setiap hari yang membantu oksigen dan air dapat masuk kedalam tanah sehingga cadangan air selama musim kemarau akan mencukupi. Begitu pula  mikroorganisme seperti bakteri, jamur, nematoda, protozoa dan serangga kecil akan membantu dalam mengurai bahan organik dan sisa tanaman. 

Sehingga menjadi unsur hara makro dan mikro yang lebih sederhana yang bisa diserap oleh tanaman. Semua aktifitas  tersebut akan berjalan dengan baik apabila kita tidak mengganggu habitat organisme tanah dengan cara membajak sawah setelah panen maupun awal musim tanam.

Aktifitas membajak tanah tersebut dapat mengganggu habitat organisme tanah. Akibatnya adalah saluran-saluran yang dihasilkan oleh organisme tanah khususnya cacing akan rusak. Sehingga tidak ada saluran-saluran di dalam dan di permukaan tanah yang membantu resapan air permukaan.

Selain itu mikroorganisme pengurai bahan organik akan berkurang, akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat. Erosi juga merupakan salah satu akibat dari proses pembajakan tanah yang berlebihan. Ketika dilakukan pembajakan dan tidak ada mulsa penutup tanah, saat turun hujan nitrogen dan unsur hara lainnya akan tercuci dan terbuang di sungai. 

Timbullah bencana alga booming di sungai, yaitu tanaman alga yang tumbuh tidak terkontrol di sungai akibat kandungan nitrogen air yang tinggi. Akibatnya adalah kandungan oksigen dalam air terus berkurang, habitat organisme sungai akan rusak yang mengakibatkan kematian ikan dalam skala besar.

Menggunakan organisme predator untuk mencegah pertumbuhan hama dan penyakit tanah. 

Laba-laba, lebah madu maupun tawon merupakan beberapa jenis serangga predator yang mampu menekan pertumbuhan populasi serangga pemakan tanaman. Sedangkan untuk pencegahan penyakit busuk akar yang disebabkan oleh bakteri, jamur maupun virus dapat dicegah dengan meningkatkan input bahan organik dan aplikasi rotasi tanaman di lahan yang digunakan.
Dari aktifitas tersebut maka organisme penghuni tanah akan beragam dan menekan pertumbuhan organisme pathogen. Sebagai contoh adalah penyakit soilborne dan busuk akar pada tomat dan kentang yang diakibatkan oleh organisme dari jenis jamur. Penyakit tersebut berkembang akibat dari penanaman tomat dan kentang sepanjang tahun yang pada dasarnya masih satu famili tanaman. 

Ketika dilakukan budidaya kedua tanaman tersebut pada satu lahan sepanjang tahun maka organisme penyebab hama dan penyakit akan tumbuh dan berkembang dengan cepat. Itulah pentingnya program rotasi tanaman untuk menjaga keseragaman maupun keseimbangan mikroorganisme dalam tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit.

Sumber :
Gambar :
https://quintype-01.imgix.net/thequint/2016-01/762419fe-cdf6-48b2-b9db-f3535e905fd2/Organic-Farming-Dude.jpg
https://www.no-tillfarmer.com/ext/resources/images/2014/02/Colo-fishing-no-till-048.jpg
https://rollingharbourlife.files.wordpress.com/2013/09/bees-in-dorset-summers-end-1.jpg

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel